film

Ulasan Lengkap Film Tune In For Love

Tune In for Love disutradarai oleh Jung Ji-woo telah rilis pada 28 Agustus 2019 di bioskop Korea Selatan. Film ini dimulai dengan latar waktu pada tahun 1994, ketika Hyeon-woo (diperankan oleh Jung Hae-in) kebetulan bertemu dengan Mi-su (diperankan oleh Kim Go-eun) di toko roti tempat dia bekerja. Saat di jalan ketika mencari tofu, ia mendengar penyanyi Yoo Yeol di acara radionya, “Album Musik Yoo Yeol,” untuk pertama kalinya. Dia mengucapkan, “Ini keajaiban!”

Sepanjang dekade berikutnya, takdir terus menyatukan Hyeon-woo dan Mi-su dan memisahkan mereka lagi ketika mereka mencoba mencari tahu kehidupan mereka sendiri, dan dengan satu sama lain.

Adegan pembuka agak … klise. Logika di balik dialog “keajaiban” adalah bahwa selama waktunya di juvi, dia berharap satu hal di dunia untuk berubah saat dia pergi, dan Yoo mengambil alih acara radio adalah perubahan itu.

Sementara saya memahami maksudnya, dan itu bisa saja berhasil secara teori, pemahaman maksud dari dialog terasa sangat dipaksakan, seolah-olah film itu berkata, “Ini adalah momen penting!”.

Saya menyukai premisnya, pengaturannya bagus, tentang bagaimana kedua pemeran utama terus bertemu secara kebetulan selama bertahun-tahun. Tapi adegan ini telah dilakukan sebelumnya, dan lebih baik dilakukan oleh film “On Your Wedding Day” di tahun 2018.

Ini memunculkan masalah lain: kecocokan. Dalam film yang disebutkan sebelumnya, “On Your Wedding Day”, pasangan pemeran utama tidak hanya manis, tapi juga memiliki kecocokan yang luar biasa.

Pemeran protagonis dalam film “Tune In For Love”, tidak cukup memiliki chemistry yang kuat, dan ini terasa seperti seolah-olah mereka hanya belahan jiwa. Tokoh-tokohnya merasa terbelakang dan stereotip, dari para pemeran utama hingga pemeran pendukung.

Adegan-adegannya tidak dirajut dengan terampil, dan saya merasa sang sutradara mengubah ke klise terlalu banyak. Sekumpulan gadis berbondong-bondong untuk melihat pekerja paruh waktu menjadi sebuah adegan klise dalam film, dan seringnya lagi dalam film ini memiliki humor yang lemah.

Film ini juga mencoba menciptakan momen emosional tanpa dibangun dengan baik. Secara keseluruhan, film ini rasanya mencoba untuk mengikuti beberapa film-film romantis yang telah sukses dengan mengambil latar waktu 90-an.

Namun saya tetap menikmati film ini. Sementara karakternya hambar, akting yang baik membuat hidup film tersebut. Saya tentu saja menikmati musiknya. “Tune In For Love” memang tidak membuat tertegun, namun ini memberikan perasaan yang hangat.

Bagaimanapun, “Tune In For Love” memiliki keterbatasan dalam menjangkau masyarakat umum, penonton asing yang tidak merasakan kehidupan era 90-an Korea Selatan. Ini adalah sebuah film dengan target audiens yang spesifik.

Tags
Close